Raja Bone Ke-6 La Ulio Bote’e
La Uliyo Bote’E menggantikan
ayahnya La Tenri Sukki sebagai Mangkau’ di Bone. Digelar Bote’E karena
dia memiliki postur tubuh yang subur (gempal). Konon sewaktu masih
kanak-kanak ia sudah kelihatan besar dan kalau diusung, pengusung lebih
dari tujuh orang.
La Uliyo dikenal suka menyabung ayam,
kawin dengan We Tenri Wewang DenraE anak Arung Pattiro MaggadingE dengan
isterinya We Tenri Sumange’.
Arumpone inilah yang pertama
didampingi oleh Kajao Laliddong. Dia pulalah yang mengadakan perjanjian
dengan KaraengE ri Gowa yang bernama Daeng Matanre. Dalam perjanjian
tersebut dijelaskan Sitettongenna SudengngE – Lateya Riduni di Tamalate ;
”Kalau ada kesulitan Bone, maka laut
akan berdaun untuk dilalui oleh orang Mangkasar. Kalau ada kesulitan
orang Gowa, maka gundullah gunung untuk dilalui orang Bone. Tidak saling
mencurigai, tidak saling bermusuhan Bone dengan Gowa, saling menerima
dan saling memberi, siapa yang memimpin Gowa, dialah yang melanjutkan
perjanjian ini, siapa yang memimpin Bone dialah yang melanjutkan
perjanjian ini sampai kepada anak cucunya. Barang siapa yang mengingkari
perjanjian ini, pecahlah periuk nasinya – seperti pecahnya telur yang
jatuh ke batu”.
Arumpone inilah yang mengalahkan Datu
Luwu yang tinggal di Cenrana. Pada masa pemerintahannya pulalah Bone
mulai dikuasai oleh Gowa. Dalam lontara’ dijelaskan bahwa KaraengE ri
Gowa duduk bersama Arumpone di sebelah selatan Laccokkong.
Pada saat itu antara orang Bone dengan
orang Gowa saling membunuh. Kalau orang Gowa yang membunuh, maka
Arumpone yang mengurus jenazahnya. Begitu pula kalau orang Bone yang
membunuh, maka KaraengE ri Gowa yang mengurus jenazahnya. Arumpone ini
pula yang menemani KaraengE ri Gowa pergi meminta persembahan orang Wajo
di Topaceddo.
Setelah genap 25 tahun menjadi
Mangkau’ di Bone, dikumpulkanlah seluruh orang Bone. Setelah semuanya
berkumpul, disampaikanlah bahwa ; ”Saya akan menyerahkan Akkarungeng ini
kepada anakku yang bernama La Tenri Rawe”. Mendengar pernyataan
Arumpone tersebut, seluruh orang Bone setuju. Maka dilantiklah anaknya
menjadi Arumpone. Acara pelantikan itu berlangsung meriah selama tujuh
hari tujuh malam.
Karena kedudukannya sebagai Arumpone
telah diserahkan kepada anaknya, maka La Uliyo Bote’E hanya bolak balik
antara isterinya di Bone dengan isterinya di Mampu.
La Uliyo Bote’E pernah memarahi
kemenakannya yang bernama La Paunru dengan sepupunya yang menjadi Arung
Paccing yang bernama La Mulia. Keduanya pergi meminta bantuan kepada
Kajao Laliddong agar diminta maafkan. Tetapi sebelum rencana itu
terlaksana, La Uliyo Bote’E pergi ke Mampu untuk menyabung ayam.
Tiba-tiba ia melihat kemenakannya dan sepupunya membuat hatinya semakin
dongkol. Ia pun segera kembali ke Bone.
La Paunru dan La Mulia berpendapat
lebih baik kita menyerahkan diri kepada Kajao Laliddong di Bone untuk
selanjutnya diminta maafkan kepada Bote’E. Makanya setelah Bote’E
meninggalkan Mampu, keduanya mengikut dari belakang.
Setelah sampai di Itterung, La Uliyo
Bote’E menoleh ke belakang, dilihatnya La Paunru bersama La Mulia
berjalan mengikutinya. Karena disangkanya La Paunru dan La Mulia berniat
jahat terhadapnya, maka ia pun berbalik menyerangnya. La Paunru dan La
Mulia walaupun tidak bermaksud melawan, namun karena terdesak oleh
serangan La Uliyo akhirnya keduanya terpaksa melawan. Dalam perkelahian
tersebut, baik La Paunru maupun La Uliyo tewas di tempat, sedangkan La
Mulia dibunuh oleh orang yang datang membantu La Uliyo.Sejak itu,
digelarlah La Uliyo Bote’E MatinroE ri Itterung.
Adapun anak La Uliyo Bote’E dari
isterinya yang bernama We Tenri Wewang DenraE, adalah La Tenri Rawe
BongkangE. Inilah yang menggantikannya sebagai Mangkau’ di Bone. La
Tenri Rawe kawin dengan We Tenri Pakiu Arung Timurung MaccimpoE.
Anak berikutnya adalah La Inca, dialah
yang menggantikan saudaranya menjadi Mangkau’ di Bone. La Inca kawin
dengan janda saudaranya, We Tenri Pakiu Arung Timurung MaccimpoE.
Anaknya yang berikut, We Lempe yang
kawin dengan sepupu dua kalinya yang bernama La Saliwu Arung Palakka,
anak dari We Mangampewali I Damalaka dengan suaminya La Gome. Dari
perkawinan ini lahirlah La Tenri Ruwa Arung Palakka MatinroE ri
Bantaeng.
Selanjutnya We Tenri Pakkuwa, kawin
dengan La Makkarodda To Tenri Bali Datu Mario. Sesudah We Tenri Pakkuwa
adalah We Danra MatinroE ri Bincoro. Tidak disebutkan turunannya dalam
lontara’
Adapun anak La Uliyo Bote’E dari
isterinya yang bernama We Tenri Gau Arung Mampu adalah We Balole I
Dapalippu. Inilah yang kawin dengan paman sepupu ayahnya yang bernama La
Pattawe Arung Kaju MatinroE ri Bettung, anak dari saudara La Tenri
Sukki MappajungE yang bernama La Panaongi To Pawawoi Arung Palenna
dengan isterinya We Tenri Esa’ Arung Kaju.
Sesudah We Balole adalah Sangkuru’
Dajeng Petta BattowaE Massao LampeE ri Majang. Dia digelar pula sebagai
Arung Kung, tidak disebutkan keturunannya dalam lontara’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar